Tak pernah terfikirkan sedetikpun olehku, harus menghadapi cinta segitiga ini. Dan tak pernah ada maksud untuk menyakiti
siapapun, termasuk kamu yang memang sangat baik padaku.
Semuanya berawal dari candaan, kebersamaan, senasib.
Siang itu, panasnya kota besar di ujung sumatra, membuat aku sangat
menikmati enaknya es teller ala sebuah warung tepat disamping SSC. SSC adalah
kepanjangan dari Sony Sugema Course. Salah satu tempat bimbel yang favorit di
kota medan. Terlebih lagi favoritnya SMA Negri yang mayoritas siswa-siswinya
mengidolakan jurusan kedokteran, atau jurusan-jurusan teknik di ITB. Sangat di
percayai, di SSC ini, gudang soal-soal yang kebanyakan mirip dengan soal-soal
SPMB Atau USM kampus-kampus favorit. SSC memang favorit, termasuk siswa yang
bimbel. Kalau aku cermati, di SSC ini siswa-siswinya fashionable, dan tentunya
gak kalah keren-keren. Termasuk richard, seorang siswa SMA Negri, dan merupakan
salah satu SMA Negri yang favorit di Medan ini. Orangnya keren di mataku, mudah
jadi teman, walau dia lumayan kritikus, dan yang terpenting adalah pinter. Yah,
richard yang jago fisika, matematika, otaknya penuh dengan rumus-rumus yang
memualkan itu. Tapi ternyata, untuk urusan bahasa dia standart, dan yang
penting dia cowok yang care, dan yang gak kalah penting lagi, aku pacar
pertamanya. Hahaaaa.....
Masih menikmati es teler, sambil mempelajari kunci-kunci lagu yang ada di
majalah KORN, majalah musik yang berisi lyric dan kunci gitar lagu-lagu yang
lagi populer saat ini, sambil mencoba mengingat-ingat, tiba-tiba Deni datang
menghampiriku, sambil bercanda super heboh, dan sayangnya ku balas hanya ala
kadarnya. Ujung-ujungnya deni meminjam majalahku, dengan sedikit berat aku
merelakan majalahku, tapi karena bujukan richard, akhirnya dengan rela ku
pinjamkan. Hahaha,,, yah karena bujukan richard. Dari suasana itu berlanjut
menjadi sebuah pertemanan yang hangat, walau hanya sekedar bercanda awalnya,
sampai sering belajar bareng, ngebahas soal-soal SPMB tahun-tahun lalu, dan
tentunya atas dasar kesepakatan bersama, janjian, hingga nonton bareng di
bioskop.
Semua kebersamaan itu juga selalu di bumbuhi dengan lelucon-lelucon yang
lucu ala anak SMA, hingga akhirnya sering terdengar berita-berita angin, bahwa
deni menyukaiku. Sontak aku kaget dengan candaan richard. Dalam hatiku, andai
richard tahu kalau aku menyukainya, tapi aku tak tahu apa arti care nya richard
selama ini padaku, hanya sekedar teman atau mungkinkah richard juga memiliki
perasaan yang sama denganku. Keadaan ini semakin membuat aku sedikit bingung,
bingung karena richard sangat bersemangat ngejomblangin deni dan aku, padahal
aku diam-diam menyukai richard. Rasanya ingin lari dari keadaan ini, cinta
segitiga yang hanya berawal dari sebuah kebersamaan berjuang dalam belajar
untuk persiapan menghadapi SPMB yang merupakan gerbang penentuan masa depan.
Meskipun, tidak selamanya masuk universitas negri menjadi jaminan masa depan
lebih baik, atau tidak selamanya lulusan sarjana menjadi kaya raya, karena juga
banyak yang bukan sarjana, yang bukan bekerja di perusahaan, yang hanya membuka
usaha, juga tak kalah suksesnya dengan orang-orang yang bekerja di perusahaan.
Tapi paling tidak, cita-cita masuk ke universitas negri adalah impian setiap
anak yang baru lulus SMA.
Melewati hari-hari yang hanya diisi dengan belajar, membahas soal-soal SPBM
tahun lalu, belajar bareng lagi, belajar lagi dan belajar, itulah rutinitas
yang hampir 3 bulan ini ku lalui bersama mereka. Detik-detik menghadapi SPMB,
berencana mengunjungi tentor yang sedang sakit di kos-kosanya, dan ternyata
sang tentor tidak ada dikosan, disms gak dibalas, di telepon malah gak aktif.
Akhirnya malam itu, aku, anggi, heni, richard, deni, dan tomi meluangkan waktu
untuk hanya sekedar main-main di salah satu mall yang baru saja dibangun,
bahkan toko-toko nya masih sedikit.
Menyelusuri mall yang
belum sempurna dengan toko-toko didalamnya memanglah pemandangan yang tidak
begitu enak dilihat. Hanya masih beberapa saja yang sudah berisi. Tapi kami
berenam tetap saja mondar-mandir. Tiba-tiba, deni menghampiriku dengan gelagat
yang aneh dan membingungkan. Deni meminta izin padaku untuk mengajak bicara
sebentar, dan aku pun mengiyakan, tak terfikirkan sebelemunya apa yang akan dia
bicarakan. Dan ternyata, dia menyatakan cinta. Wow,, kaget sekali rasanya, koq
jadi kayak gini??? Padahal aku sukanya pada Richard, bukan pada deni. Aku
bingung, dan mencoba meminta pendapat teman-temanku. Dan entah apa yang ada di
otak ku, juga otak teman-teman ku, aku pun mengjawab IYA!!!
Dubrak,, tiba-tiba aku
bingung, menyesali jawabanku, kulirik sedikit Richard dengan senyumnya yang
penuh arti. Dalam fikiranku, benarkah ini?
Semuanya berjalan
begitu saja, deni kerap sekali mengajakku jalan, tapi selalu ku tolak. Kerap
sekali ingin sekedar main kerumahku, lagi-lagi ku tolak. Dan keadaan membuat
aku tidak nyaman, karena benar-benar tidak ada perasaan pada deni. Bahkan, aku
berencana ingin memutuskan deni saja, dari pada semakin lama, padahal aku tidak
ada rasa sama sekali.
Huftft,,, lagi-lagi, aku
bingung, mengingat SPMB akan kami hadapi sebentar lagi. Saran teman-temanku
setelah SPMB saja, jika aku memang ingin memutuskannya. Yaahh,,, sepertinya itu
adalah ide yang cemerlang, tapi aku benar-benar gak sabar menunggu waktu itu,
lama sekali rasanya.
Menghitung hari,, detik
demi detik,, itu lah yang aku alami, menunggu usai SPMB. Hari pertama SPMB ku
lalui dengan rasa kecewa yang lumayan menyakitkan, karena harus merasakan sakit
perut akibat nyeri haid yang memang sudah menjadi langganan setiap bulan, tapi
nyeri kali ini lebih parah, dan sangat sakit, lebih sakit lagi ketika
mengganggu pada saat konsen mengerjakan soal-soal SPMB. Ini merupakan
pengalaman pahit yang tak akan terlupakan, tidak akan!!
apapun yang sudah ku kerjakan, aku berharap akan mengahasilkan hasil yang baik,
meski aku sedikit pesimis. Hari kedua tiba,, aku senangnya bukan main, karena
yang ada didalam benakku, setelah SPMB usai, maka aku akan segera memutuskan
deni yang memang sudah hampir seminggu menjadi pacarku yang tidak sedikitpun
mencairkan perasaanku padanya. Berlalu sudah SPMB, siang itu kami berencana
ingin sekedar makan siang bareng, tentunya tidak hanya berdua dengan deni, tapi
ada teman-temanku lainnya. Saat itu ingin rasanya langsung ku putuskan saja,
tapi yang ada dan lagi-lagi aku bingung. Rame bersama teman-teman apalagi ada
Richard itu adalah hal yang paling menyenangkan. Lagi-lagi, sikap baik deni
membuat aku mengurungkan niat, tapi saat itu. Dalam otakku, lebih baik besok
saja.
Sengaja aku meminta
deni untuk menelponku besok siang, dan tentunya dengan senang hati dia
mengiyakan. Tapi andai iya tahu bahwa aku bermaksud hanya ingin berteman saja
dengannya, mungkin dia akan keberatan.
Dirumah sendirian,
menunggu deni menelponku, dan,,, hape ku berbunyi, ku lihat di layar hapeku
nomer yang sering digunakan deni, nomer telpon rumahnya.
dengan tanpa basa-basi panjang, langsung saja aku to the point, KITA HANYA
BERTEMAN SAJA,, KITA PUTUS!!!!!
Hoohhhhh,,,, legah
rasanya akhirnya kata-kata itu keluar dari mulutku. Tapi sebenarnya aku tahu
apa yang dirasakan deni disebrang sana. Namun, aku tidak bisa menutupi perasaan
itu, membohongi diri sendiri. MAAF!!!
Akhirnya jomblo lagi,
setelah kemarin aku berhasil untuk hanya berteman saja dengan deni, sms masuk
dari Richard. Tentunya Richard sudah tahu apa yang terjadi, aku dan deni hanya
berteman. Ada harapan yang besar bisa tetap dekat dengan Richard, sangat
berharap. Intinya, meski aku dan deni hanya berteman, tapi kami tetap
berhubungan baik, tidak ada permusuhan. Peace love and gaul friend… hahaa…
Sebulan menunggu
pengumuman SPMB memang membuat hidup tidak lah tentram, rasanya ingin memutar
waktu ini, rasanya ingin cepat-cepat sampai hari esok lagi, dan lagi. Akan
tetapi, kenyataan memang pahit yang ada didepan mata. Aku tidak lulus SPMB,
anggi juga, heni lulus di ANDALAS, Richard lulus di USU, tapi pilihan kedua,
Tomi dan deni juga tidak lulus. Yah,, karena memang tidak lulus SPMB, aku yakin
masih banyak jalan yang lebih baik didepan sana, tekadku pun bulat untuk hijrah
ke jawa. Dan kota pilihanku ada 2, bandung dan Yogyakarta. Akan tetapi, papa
menyarankan untuk di yogya saja. Dengan semangat aku pun bersedia.
Sejak putus dengan
deni, aku memang sudah jarang bertemu Richard ataupun deni. Akan tetapi,
komunikasi lewat hape memang tidak pernah putus, terlebih lagi dengan Richard.
Bahkan saat detik-detik aku berangkat ke yogya hingga sesampai di yogya.
Yeach,,, akhirnya aku dan
Richard resmi pacaran, meski jarak, meski hanya lewat hape, tapi bagiku itu
tidaklah masalh yang besar. Meski akhirnya aku tidak lulus djurusan yang ku
inginkann sesampaiku diyogya, dan aku memutuskan untuk tetap di yogya dan
mengisi waktu selama disana dengan bimbingan belajar, aku masih tetap
berhubungan baik dengan Richard. Richard memintaku untuk pulang kemedan, dan
bimbingan belajar disana, akan tetapi aku bersihkeras tetap ingin diyogya.
Melewati tiada hari
tanpa sms dari Richard sungguh menyenangkan. Kami saling support satu sama
lain. Meski sebenarnya ada perbedaan yang melintangi kami, dan perbedaan itu sangat
besar. Tapi bagiku, kujadikan ini hal positif untuk mendorong, dan memotivasi
lebih baik lagi.
Akhirnya,, aku dan
Richard hanya berteman saja. Yah… karena memang tidak mungkin di perpanang
lagi. Sebelumnyapun, aku dan Richard sempat putus, hanya saja balikan lagi.
Tapi kali ini, aku berfikir panjang, tidak mungkin untuk begini terus. Karena
hal yang paling penting adalah PERBEDAAN itu yang tidak bisa, benar-benar tidak
bisa.
Kamu mantanku, temanmu
juga mantanku, ini benar-benar keadaan yang tak pernah terfikirkan oleh ku
sebelumnya. Walau keadaannya begitu, aku, Richard, deni tetap berhubungan baik.
Bahkan kami saling support satu sama lain. Inilah yang aku sukai dari sebuah
pertemanan, meski akhirnya jadi begini, tapi ikatan pertemanan tidak akan putus,
karena kami tetap berteman.